Ada satu momen yang selalu membekas ketika seseorang pulang dari Ubud. Bukan karena fotonya yang sempurna buat Instagram, bukan juga karena resornya yang mewah — tapi karena perasaan damai yang tertinggal lama setelah perjalanan usai.
Ubud memang bukan tempat untuk buru-buru. Di sinilah waktu seolah melambat. Hutan, sawah, dan aroma dupa dari pura di sudut jalan seakan bicara pelan: santai saja, kamu sudah sampai.
Berbeda dari pantai-pantai riuh di Bali bagian selatan, Ubud menawarkan sisi Bali yang lebih dalam. Lebih tenang. Lebih pribadi. Ia bukan hanya destinasi, tapi ruang pulang — untuk tubuh yang lelah, pikiran yang bising, dan jiwa yang lama tak disentuh.
Dan justru karena itu, Ubud selalu punya cara menyentuh siapa pun yang datang. Entah lewat obrolan dengan pemilik warung di pojok desa, semburat cahaya pagi yang menyelinap di sela-sela dedaunan, atau detik hening saat kamu duduk di pinggir sawah, tanpa perlu melakukan apa-apa.
Jika kamu sedang mencari tempat wisata di Ubud, kuliner lokal yang menggoda, atau ingin mencoba pengalaman healing yang sesungguhnya — artikel ini akan membantumu menjelajah Ubud dengan cara yang lebih bermakna. Bukan sekadar daftar tempat, tapi juga sedikit cerita, rasa, dan arah.

Tempat Wisata Ikonik di Ubud yang Wajib Masuk Itinerary
Ubud itu semacam paket lengkap: ada alamnya, ada budayanya, ada spiritualitasnya. Tapi kalau ini pertama kalinya kamu ke Ubud, ada beberapa tempat ikonik yang sayang banget kalau dilewatkan. Bukan sekadar spot foto, tapi tempat-tempat yang bisa bikin kamu ngerasain “jiwanya” Bali.
1. Monkey Forest Ubud




Source:
monkeyforestubud.com
Di tengah kota yang sibuk dan penuh turis, siapa sangka ada hutan yang dihuni ratusan kera liar dan pura kuno yang penuh sejarah? Monkey Forest bukan cuma atraksi wisata — ini tempat suci.
Jalan setapaknya rindang, suara burung bercampur dengan celoteh monyet, dan kadang kamu bisa melihat warga lokal meletakkan canang (persembahan) di bawah pohon besar.
Tipsnya: jangan bawa kantong plastik terbuka atau makanan, ya. Para penghuni hutan ini sangat... penasaran.
2. Tegalalang Rice Terrace




Source:
www.tegallalangriceterrace.com
Kalau kamu pernah lihat foto sawah bertingkat yang hijau menghampar dengan langit biru sebagai latar, kemungkinan besar itu diambil di Tegalalang. Tempat ini bukan hanya indah, tapi juga jadi simbol keterhubungan antara manusia dan alam.
Datanglah pagi-pagi saat kabut masih menggantung, dan kamu akan paham kenapa tempat ini disebut-sebut sebagai salah satu pemandangan paling damai di Bali.
3. Campuhan Ridge Walk
Kalau kamu ingin jalan kaki santai sambil menyusuri bukit, Campuhan Ridge Walk adalah jawabannya. Gratis, tenang, dan cocok buat refleksi kecil dalam perjalananmu.
Hamparan rumput tinggi dan jalur setapak yang memanjang bikin tempat ini jadi spot favorit untuk sunrise walk.
Banyak juga yang datang ke sini untuk sekadar “mengangin-anginkan pikiran.”
4. Goa Gajah




Goa Gajah bukan gua biasa. Di balik mulut gua yang dihiasi ukiran wajah raksasa, ada lorong spiritual dan peninggalan sejarah yang menyimpan cerita kuno. Tempat ini terasa sunyi, tapi dalam cara yang menenangkan.
Buat kamu yang suka wisata budaya di Bali, Goa Gajah bisa jadi jembatan menarik antara masa lalu dan keheningan masa kini.
5. Puri Saren Ubud (Puri Ubud)




Di pusat Ubud, berdiri istana megah yang dulu jadi tempat tinggal keluarga kerajaan. Sekarang, Puri Ubud jadi tempat pertunjukan seni di malam hari dan juga saksi bisu dari denyut budaya Bali.
Kamu bisa masuk ke halamannya secara gratis di siang hari, melihat arsitektur tradisional, dan menyaksikan tarian khas Bali di panggung terbuka saat malam menjelang.
Kuliner Khas dan Tempat Makan Enak di Ubud
Ada sesuatu yang magis dari makan di Ubud. Mungkin karena udara yang lebih sejuk, atau karena kamu bisa makan sambil dikelilingi sawah, atau karena banyak warung kecil yang ternyata menyajikan rasa yang jauh lebih jujur dari resto mahal.
Apapun alasannya, satu hal pasti: kuliner di Ubud adalah pengalaman yang tak bisa dilewatkan.
1. Dari Warung Lokal Hingga Restoran Bintang Lima








Kamu bisa sarapan nasi campur di warung sederhana dengan harga 15 ribuan, lalu makan malam di restoran dengan pemandangan sungai dan cahaya lilin. Itulah Ubud — fleksibel untuk semua kantong.
Rekomendasi warung lokal:
Warung Biah Biah: Menyajikan menu tradisional Bali dalam porsi kecil. Cocok untuk icip-icip banyak rasa.
Warung Makan Bu Rus: Suasana homie, makanan rumahan khas Bali. Rasa autentik, harga bersahabat.
Rekomendasi restoran kece:
Locavore: Resto fine-dining dengan pendekatan farm-to-table. Masuk daftar restoran terbaik se-Asia.
Sari Organik: Tempat makan di tengah sawah, menyajikan menu sehat dari hasil kebun sendiri.
2. Tempat Sarapan yang Bikin Hari Dimulai dengan Baik
Ubud punya banyak kafe dengan menu sarapan sehat dan suasana tenang. Kalau kamu butuh tempat untuk memulai hari dengan energi positif (atau cari tempat kerja dengan WiFi bagus), ini dia pilihannya:
Seniman Coffee Studio: Surganya para pencinta kopi. Beans lokal, alat manual brewing, dan vibe yang artsy.
Sayuri Healing Food: Vegan-friendly, ada juga workshop dan live music. Cocok untuk pelancong spiritual atau digital nomad.
3. Vegetarian dan Plant-Based Paradise
Ubud dikenal sebagai surganya kaum conscious eater. Banyak pilihan makanan tanpa daging yang tetap kaya rasa.
Alchemy: Salad bar yang segar, smoothie bowl, dan dessert sehat. Tempat ini juga punya toko produk kesehatan dan kelas yoga.
Zest Ubud: Menu inovatif yang tidak hanya vegan, tapi juga artistik dalam penyajian. Tempatnya Instagrammable, tapi tetap grounded.
4. Camilan dan Oleh-oleh Khas
Jangan lupa cicip pie susu, jajanan pasar, atau dodol khas Bali yang bisa kamu temukan di Pasar Ubud atau toko oleh-oleh lokal. Beberapa toko bahkan mengemasnya dengan desain estetik — cocok banget buat oleh-oleh “berkelas tapi lokal.”
Makan di Ubud bukan cuma soal kenyang, tapi juga soal rasa, nilai, dan suasana. Kadang kamu makan nasi biasa, tapi karena tempat dan caranya disajikan, rasanya jadi luar biasa.
Pengalaman Spiritual dan Healing: Melukat, Yoga, dan Spa
Ubud seperti punya denyut yang berbeda. Lebih lambat. Lebih lembut. Tapi justru karena itu, banyak orang datang ke sini bukan hanya untuk liburan, tapi untuk menyembuhkan. Dari tekanan kerja, luka batin, atau sekadar butuh ruang untuk bernapas lebih dalam.


1. Melukat: Menyucikan Diri di Pura Suci
Melukat adalah ritual pembersihan diri secara spiritual dalam tradisi Bali. Air dianggap suci, dan tubuh dianggap wadah yang perlu dibersihkan — bukan hanya dari kotoran fisik, tapi juga energi negatif.
Beberapa tempat melukat yang paling dikenal di Ubud dan sekitarnya:
Pura Tirta Empul, Tampaksiring
Lokasinya tidak jauh dari Ubud. Tempat ini punya kolam besar dengan 13 pancuran air suci. Setiap pancuran dipercaya memiliki fungsi simbolis tertentu, dari membersihkan pikiran hingga menolak bala.
Kalau kamu pertama kali mencoba, disarankan datang pagi-pagi, dan sebaiknya ditemani pemandu lokal atau mengikuti prosesi dengan sopan.
Pura Mengening
Lebih tenang dan tersembunyi dibanding Tirta Empul, cocok buat kamu yang ingin melukat dalam suasana lebih pribadi dan meditatif. Airnya dingin, segar, dan suasananya sunyi. Banyak yang bilang justru di sini “healing-nya terasa banget.”
2. Yoga & Meditasi di Tengah Alam
Ubud adalah salah satu destinasi yoga terbaik di dunia. Bukan sekadar kelas fisik, tapi juga ruang untuk mengenal dan menerima diri.



Rekomendasi tempat yoga di Ubud:
The Yoga Barn
Ikonik banget. Jadwal kelasnya padat, mulai dari Vinyasa, Yin Yoga, Sound Healing, hingga Breathwork. Suasananya mendalam dan penuh komunitas dari berbagai negara.
Radiantly Alive
Lebih urban dan energik, cocok buat kamu yang ingin kelas yoga yang lebih dinamis dan berbasis teknik. Di sini juga ada pelatihan untuk menjadi instruktur yoga.
Intuitive Flow by Linda Madani
Cocok untuk kamu yang ingin ketenangan, kelas kecil, dan pemandangan hutan. Tempat ini lebih sepi, cocok untuk meditasi mendalam.
3. Spa, Massage, dan Wellness Retreat
Setelah yoga atau trekking, spa di Ubud adalah hadiah terbaik untuk tubuhmu. Tapi spa di sini bukan sekadar pijat — banyak tempat menyatukan unsur aromaterapi, spiritualitas, dan alam.



Pilihan spa yang direkomendasikan:
Karsa Spa
Terletak di jalur Campuhan Ridge Walk, suasananya benar-benar alami. Layanan favorit: deep tissue massage + flower bath sambil memandangi sawah.
Tjampuhan Spa
Spa yang berada di dalam gua batu alami. Suasana magisnya benar-benar luar biasa, apalagi dengan suara gemericik sungai yang mengalir di sampingmu.
Kaveri Spa
Spa yang terkenal dengan sesi mandi bunga yang estetik dan relaksasi total. Interior mewah, layanan premium, dan cocok untuk kamu yang ingin memanjakan diri sepenuhnya di tengah suasana damai.
Di Ubud, healing bukan cuma jargon. Ia hadir dalam bentuk air, pijat, napas, doa, dan bahkan dalam keheningan. Kamu nggak perlu jadi spiritualis atau pemeluk keyakinan tertentu — cukup datang dengan niat baik untuk mengenal diri, dan Ubud akan menyambutmu dengan tenang.
Tips Liburan Nyaman di Ubud
Ubud mungkin terdengar tenang dan damai, tapi tetap aja ada hal-hal kecil yang bisa bikin perjalanan kamu lebih nyaman dan berkesan. Entah kamu ke sini untuk pertama kalinya, atau baru sadar Ubud layak dikunjungi lebih dari sekadar sehari — tips ini bisa jadi penyelamat (dan penambah kenikmatan).
1. Waktu Terbaik ke Ubud: Bukan Hanya Soal Cuaca
Secara umum, musim kemarau (April–Oktober) adalah waktu paling nyaman untuk liburan ke Ubud. Langit cerah, jalanan kering, dan sawah lagi hijau-hijaunya. Tapi... justru di musim ini Ubud juga jadi ramai banget.
Kalau kamu ingin suasana yang lebih tenang, coba datang di akhir musim hujan (Februari–Maret). Alam masih segar, tapi turis mulai menipis. Bonus: harga penginapan pun lebih bersahabat.
2. Transportasi: Antara Jalan Kaki dan Sewa Motor
Ubud itu kecil, tapi jalannya kadang sempit dan padat — terutama di pusat kota. Kalau kamu hanya mau eksplor dalam radius dekat (Pasar Ubud, Puri, Monkey Forest), jalan kaki adalah pilihan terbaik.
Tapi kalau ingin ke Tegalalang, Tirta Empul, atau area luar kota, sewa motor jadi opsi fleksibel.
Nggak bisa naik motor? Banyak jasa sopir lokal yang bisa kamu sewa harian. Harganya relatif terjangkau, dan biasanya mereka juga sekalian jadi “guide dadakan.” Kalau ga mau pakai mobil dan ingin merasakan sensasi udara bebas Ubud, kamu juga bisa menggunakan Taxi Motor Online.
3. Pilihan Penginapan: Dari Hidden Villa Sampai Resort View Sawah
Di Ubud, kamu bisa tidur di villa mewah dengan infinity pool atau menginap di homestay milik warga lokal yang terasa hangat dan akrab.
Tipsnya:
Kalau kamu tipe pencinta suasana damai dan ingin “disconnect”, cari penginapan di area Sayan, Penestanan, atau Tegalalang.
Kalau kamu ingin dekat dari mana-mana, pilih akomodasi di sekitar Jalan Hanoman atau Jalan Raya Ubud.
4. Uang Tunai dan Koneksi Internet
Meskipun banyak tempat di Ubud sudah menerima kartu dan e-wallet, beberapa warung kecil, tempat melukat, atau parkir masih butuh uang tunai. Jadi, selalu sediakan cash secukupnya ya.
Untuk internet? Nyaris semua tempat punya WiFi. Tapi kalau kamu digital nomad atau butuh koneksi stabil, paket data lokal dari Telkomsel atau XL bisa jadi penyelamat.
5. Hormati Budaya Lokal
Ini bukan cuma tips, tapi semacam kode etik tidak tertulis. Di Ubud, upacara bisa terjadi di mana saja — dan saat itu, jalan bisa ditutup mendadak.
Kalau kamu lihat warga bawa sesajen atau ada prosesi, beri ruang dan hormati mereka. Jangan potret terlalu dekat.
Dan kalau masuk pura atau tempat suci: pakai kain/kamen, jaga suara, dan jangan masuk saat sedang menstruasi (ini aturan adat yang sangat dihormati).
Liburan nyaman di Ubud bukan berarti tanpa kejutan. Tapi justru dalam ketidakpastian kecil — jalanan macet karena upacara, atau ketemu pemilik warung yang cerita hidupnya dengan penuh senyum — di situlah letak keindahannya.
Bukan Sekadar Liburan, Tapi Pulang dengan Jiwa yang Penuh
Banyak orang datang ke Ubud dengan harapan akan menemukan pemandangan indah, makanan enak, atau tempat-tempat yang “wajib dikunjungi”. Dan ya, semua itu memang ada.
Tapi Ubud punya cara diam-diam menyentuh sisi terdalam dari perjalanan kita — yang bahkan nggak kita sadari kita butuh.
Lewat angin yang membawa aroma dupa, lewat percikan air suci di bawah pancuran tua, lewat tatapan warga yang sederhana tapi penuh makna… kita mulai pelan-pelan merasa: "Aku sedang pulang. Bukan ke rumah, tapi ke diri sendiri."
Ubud bukan hanya tempat wisata. Ia adalah pengalaman.
Dan pengalaman itu nggak selalu datang dari itinerary sempurna — kadang justru muncul saat kamu duduk diam, menyesap kopi, menatap sawah, dan merasa cukup.
Jadi, kalau kamu sedang merencanakan liburan ke Bali, atau butuh ruang untuk bernapas di tengah padatnya hidup — datanglah ke Ubud.
Bukan untuk menemukan hal baru, tapi untuk mengingat lagi apa yang selama ini tertinggal di dalam dirimu.